Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Walau Terpaksa, Sebaiknya Pasien Perempuan Jangan Hingga Ditangani Dokter Pria

Kampung Pelajar - Baru-baru ini, publik Indonesia dihebohkan dengan viralnya video bermuatan pelecehan pasien oleh perawat di media sosial. Di dalam video tersebut terungkap adanya agresi kurang sangat senang yang dilakukan oleh seorang perawat laki-laki kepada seorang pasien perempuan ketika masih setengah sadar dan tidak berdaya pasca menjalani operasi. melaluiataubersamaini tangisan lirih, sang pasien dipertemukan dengan sang perawat di sebuah ruang perawatan didampingi sejumlah tenaga kesehatan. 

Dalam video tersebut juga tampak sang perawat mengakui kesalahannya kemudian menjabat tangan dan meminta maaf kepada pasien. Kabar terbaru dari sejumlah media, diketahui bahwa sang perawat sekarang sudah diamankan pihak kepolisian dan mendekam di balik jeruji pesakitan dengan status baru, yaitu "tersangka". 

Kisah yang terjadi di National Hospital di atas spesialuntuklah salah satu tumpuan fakta kejahatan yang terjadi di dunia medis. Tidak ada yang tahu, entah bencana serupa memang sering terjadi atau bahkan selalu terjadi tetapi belum terungkap alasannya berlangsung dengan rapi atau tersembunyi di balik dalih macam-macam. 

Tentu publik Indonesia sudah tahu bahwa bencana serupa juga pernah terjadi sebelum-sebelumnya. Bahkan salah satu agresi memalukan serupa lagi-lagi menimpa salah satu dokter "mesum" di National Hospital. Ia dikabarkan melaksanakan pelecehan ketika menilik seorang calon perawat 2017 silam. 

Nah, tentu kita bertanya-tanya, bagaimana dengan rumah sakit lainnya di Indonesia? Adakah yang bisa menjamin dokter atau tenaga kesehatan laki-laki yang menangani pasien wanita, terutama yang dalam keadaan tidak sadar tidak terpengaruhi melaksanakan apa-apa?Apalagi jikalau pasien perempuan tersebut bagus rupawan? 

Tidak ada yang bisa menjamin, bukan? Oleh alasannya itu, bencana ini tentu membuka mata hati kita untuk merenung dan mencari solusi terbaik supaya kejahatan tersembunyi ini tidak terjadi lagi. Suami mana, orang bau tanah mana, yang tega andai istri atau anak perempuannya mengalami tindakan pelecehan, di daerah yang seharusnya tidak terjadi.

Kode Etik yang menaungi dokter dan tenaga kesehatan lain ternyata tidak cukup untuk melawan dorongan birahi dan kebadungan mental ketika menghadapi pasien wanita. Walaupun, tidak tiruana dokter laki-laki melaksanakan itu, setidaknya sudah terbukti bahwa ada oknum tenaga medis yang berhasil melaksanakan pelecehan di dikala ia seharusnya menahan diri dan bertindak profesional.
Walau Terpaksa, Sebaiknya Pasien Wanita Jangan Sampai Ditangani Dokter Pria

Solusi Mengatasi Pelecehan Pasien Wanita

Teringat jargon bang Napi, "kejahatan itu terjadi bukan alasannya niat pelakunya, tetapi alasannya ada peluang". Maka dari itu, salah satu cara terbaik mengatasi masalah pelecehan pasien perempuan oleh dokter laki-laki ialah menutup rapat-rapat pintu peluang yang ada. 

Pertama, walau terpaksa, sebaiknya pasien perempuan tidakboleh hingga ditangani oleh dokter pria. 
Kedua, dokter kandungan, kelabuin atau spesifikasi keahlian yang bekerjasama dengan perempuan sebaiknya dikhususkan untuk perempuan saja. Dalam hal ini, para dokter laki-laki yang akan menentukan keahlian perlu diarahkan atau dibatasi menentukan jurusan yang berkenaan dengan wanita. Semoga pemerintah mau dan bisa mengatur regulasi ini demi kemaslahatan bersama.

Ketiga, andai terpaksa (misalnya dalam keadaan darurat) pasien perempuan harus ditangani oleh dokter pria, sebaiknya selalu didampingi oleh perawat wanita. Jangan hingga terjadi investigasi 4 mata antara pasien perempuan dan dokter pria, apalagi di ruang tertutup dan kedap suara. Dalam hal ini, nalar sehat dokter laki-laki masih berpeluang ditaklukkan oleh kekerdilan mental dan nafsu birahi sehingga memungkinkan munculnya harapan berbuat di luar kewajaran dikala melalukan treatment kepada pasien wanita. 

Ke-empat, para suami dan orang bau tanah mulai dikala ini perlu kerja lebih keras untuk menentukan dan memastikan daerah pemeriksaaan atau pengobatan istri atau anak perempuannya di rumah sakit atau klinik kesehatan yang benar-benar aman. Dimana dokter atau tenaga perawat yang menangani pasien juga ialah kaum hawa. 

Kelima, proses penanganan pasien perempuan seharusnya perlu mendapat pengawasan yang lebih ketat. Pihak rumah sakit tidakboleh hingga membiarkan pasien perempuan ditangani oleh dokter atau perawat pria. Atau jikalau terpaksa dilakukan, pendampingan harus selalu dilakukan. 

Islam Mengajarkan Begini

Dalam mengatur relasi atau interaksi perempuan dan pria, Islam sudah mempersembahkan regulasi yang ideal. Bagi mereka yang bukan mahram, tidak sepatutnya berdua-duaan di daerah yang sepi, termasuk interaksi antara pasien dan dokter.  Dalam hal ini, Allah lebih tahu apa yang insan belum ketahui, makanya Allah mempersembahkan batasan dalam bentuk hukum-hukum syariah yang tertuang dalam Al-Quran dan Hadist. Pastinya ada dampak dan ancaman jikalau berdua-duaan itu dibiarkan. misalnya, masalah pelecehan di atas.

Jadi, merujuk pada aturan ini, rumah sakit berstandar syariah di Indonesia seharusnya mendapat prioritas utama untuk dibangun lebih banyak di setiap kota dengan alasan masyarakat Indonesia dominan beragama Islam. 

Jangan hingga bencana serupa terus terjadi alasannya peluang dibiarkan terus ada. Sayangilah dan jagalah perempuan alasannya mereka makhluk mulia. Mereka ialah saudara perempuan, putri, istri, dan ibu kita. Jadi, walau terpaksa, sebaiknya pasien perempuan tidakboleh hingga ditangani dokter pria. 

Posting Komentar untuk "Walau Terpaksa, Sebaiknya Pasien Perempuan Jangan Hingga Ditangani Dokter Pria"